Saturday, July 5, 2014

daerah dan penyebab kemunduran Tarumanegara

Daerah yang termasuk taruma negara
BOGOR                                    Galuh                          
CIARUTEUN                             purwalingga
KARAWANG                             bagaluhan
BUKIT PASIR AWI                    pekalongan

JAKARTA UTARA

Penyebab Kemunduran

Runtuhnya Tarumanegara belum dapat di ketahui pasti, namun kerajaan Tarumanegara masih mengirimkan utusannya ke cina sampai tahun 669 M. setelah itu tidak di dapatkan lagi berita. Kemungkinan Tarumanegara di taklukan Sriwijaya (sepertihalnya terlulis dalam Prasasti Prasasti Karang berahi). Sehingga dapat di duga runtuhnya Tarumanegara sekitar + tahun 669 M oleh serangan Sriwijaya. Dan juaga ada yang berpendapat bahwa runtuhnya kerajaan tarumanegara di sebabkan oleh adanya perbedaan kenyakinan.JUGA Serangan dari Kerajaan Sriwijaya yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Pajajaran

Friday, July 4, 2014

Candi Hindu dan budha Beserta Ciri cirinya

Candi budha
Candi hindu
1. Candi Borobudur
Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

1. Candi Cetho
Candi Cetho merupakan sebuah candi bercorak agama Hindu peninggalan masa akhir pemerintahan Majapahit (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan Candi Sukuh. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
Ciri-cirinya:
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat Dusun Cetho.

2. Candi Mendut
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi Borobudur.
Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

2. Candi Asu
Candi Asu adalah nama sebuah candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi Pos, kelurahan Sengi, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah (kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari candi Ngawen). Di dekatnya juga terdapat 2 buah candi Hindu lainnya, yaitu candi Pendem dan candi Lumbung (Magelang). Nama candi tersebut merupakan nama baru yang diberikan oleh masyarakat sekitarnya.
Ciri-cirinya :
Disebut Candi Asu karena didekat candi itu terdapat arca Lembu Nandi, wahana dewa Siwa yang diperkirakan penduduk sebagai arca asu ‘anjing’. Disebut Candi Lumbung karena diduga oleh penduduk setempat dahulu tempat menyimpan padi (candi Lumbung yang lain ada di kompleks Taman Wisata candi Prambanan). Ketiga candi tersebut terletak di pinggir Sungai Pabelan, dilereng barat Gunung Merapi, di daerah bertemunya (tempuran) Sungai Pabelan dan Sungai Tlingsing. Ketiganya menghadap ke barat. Candi Asu berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter. Tinggi bagian atap candi tidak diketahui karena telah runtuh dan sebagian besar batu hilang.
3. Candi Ngawen
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.

3. Candi Gunung Wukir
Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M (654 tahun Saka).
Ciri-cirinya:
Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal sekarang ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina atau Andini.

4. Candi Lumbung
Candi Lumbung adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu candi utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.

4. Candi Prambanan
Berdiri di bawah Candi Hindu terbesar di Asia Tenggara ini selarik puisi tiba-tiba terlintas di benak
Candi Prambanan yang dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang ini menyimpan suatu legenda yang menjadi bacaan pokok di buku-buku ajaran bagi anak-anak sekolah dasar. Kisah Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging yang ingin memperistri dara cantik bernama Roro Jonggrang. Si putri menolak dengan halus. Ia mempersyaratkan 1000 candi yang dibuat hanya dalam waktu semalam. Bandung yang memiliki kesaktian serta merta menyetujuinya. Seribu candi itu hampir berhasil dibangun bila akal licik sang putri tidak ikut campur. Bandung yang kecewa lalu mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca, yang diduga menjadi arca Batari Durga di salah satu candi.

Jenis jenis kasta,karakteristik dan Contoh

no
kasta
karakteristik
contoh
1
Brahmana.
orang yang mengabdikandirinyadalamurusanbidang spiritual
sulinggih, panditadanrohaniawan. Disandangoleh para Pribumi.
2
Kesatria.
Orang yang berbakat, berkualitas, danbekerja di bidangpemerintahan
Tentara,raja
3
Waisya.
Orang yang berbakat, berkualitas, danbekerja di bidangperekonomian
petani, nelayan
4
Sudra
Orang yang berbakat, berkualitas, danbekerja di bidangpelayanan
buruh, tukang, pekerjakasar, petani, pelayan, nelayan, penjaga

Tanggapan hipotesa masuknya agama hindu

teoriBrahmanaadalahteori yang paling dapatditerimakarenayaitu:

·                     Agama Hindu bukanmerupakan agama yang demokratisdimanasegalaupacarakeagamaancenderungdimonopoliolehkaumBrahmanasehinggahanyalahBrahmana yang mungkinmenyebarkan agama Hindu.

Prasasti yang ditemukan di Indonesia berbahasaSansekerta yang merupakanbahasakitabsucidanupacarakeagamaan, bukanbahasasehari-harisehinggahanyadimengertiolehKaumBrahmana

Kelebihan dan kekurangan Teori arus balik (nasional)

Kelebihan
Kelemahan
Ada dalamPrasastiNalanda
Teorikolonialisasitidakmempunyaibuktikuat. Padahipotesiswaisya, tidakterbuktibahwakerajaanawal di Indonesia yang bercorak Hindu-Budhaditemukan di pesisirpantai, melainkan di pedalaman. Padateoriksatria, tidakadabuktiprasasti yang menyatakantentangpenaklukan Nusantara oleh India.
penemuanarcaBudha yang terbuatdariperunggudiberbagaidaerah di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihatciri-cirinya, arcatersebutberasaldarilanggamAmarawati (India Selatan) dariabad 2 - 5 Masehi. Dan di sampingitujugaditemukanarcaperungguberlanggamGandhara (India Utara) di Kota Bangun, Kutai (Kaltim).
Tidakditemukanketurunanantaragolonganksatriadanpribumijikamemangterjadipernikahansebenarnya.
Dan
Bahasasanskertahanyadipelajariolehkaumbrahmana, namunbahasasanskertaadalahbahasa yang digunakanolehkebanyakan orang India.

Dilihatdarikaryaseni, terdapatperbedaanpembangunanantaracandi-candi  yangdibangun di Indonesia dengancandi-candi yang dibangun di India.

Latar belakang lahirnya agama budha

  1. Kondisi sosial,politik dan sosial India
Agama Buddha lahir akibat kondisi sosial dan politik India yang pada saat itu sangat memperihatinkan,dimana di India pada saat itu banyak rakyat yang menderita sedangkan kehidupan raja di Istana sangat mewah.
2. Ketidak puasan terhadap  doktrin brahmana
Ketika agama hindu berkembang dengan pesat, ketamakan kaum brahmana makin menjadi. Karena hanya mereka yang mampu membaca serta menyelenggarakan berbagai upacara keagamaan mereka mulai mulai mengkomersilkan profesinya secara berlebihan. Upah yang diminta tidak sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan sehingga masyarakat mulai jenuh dengan tingkah laku mereka. Jalan upacara korban pun sangat rumit, sehingga reformasi sebagai satu-satunya jalan menuju sorga. Sebagai reaksi langsung bermunculan berbagai aliran yang menentang agama Hindu di masyarakat.
Ada tiga aliran yang paling menonjol pada saat itu. Pertama aliran yang dianjurkan oleh jabali berpendapat bahwa tidak ada surga,tidak ada kehidupan akhir,tidak ada agama dan penyiksaan diri.Karena itu bersenang-senanglah di dalam hidup. Hidup Cuma sekali, tidak ada samsara, tidak mengenal dosa, aliran ini mengejek upacara keagamaan yang dianggap membodohkan masyarakat dan merupakan sumber kebodohan kaum brahmana. Aliran ini terutama diikuti oleh orang yang digolongkan dalam golongan paria dalam agama Hindu.
Kedua,aliran yang dipinpin oleh mahavira dan akhirnya disebut jaina. Yang ini lain lagi sangat bertolak belakang dengan yang pertama. Aliran jaina mencari kebahagiaan abadi dengan berbagai peraturan hidup yang keras. tidak boleh membunuh binatang terkecilpun mereka hindari.ngan berbagai tarikat untuk mencapai keselamatan hidup yang akan datang adalah perbuatan terpuji. Apalagi sampai membinasakan diri. Membunuh diri sendiri merupakan jaminan untuk hidup bahagia di alam baka.
Aliran ketiga muncul sebagi aliran yang merupakan jembatan emas dalam masyarakat. Dinamakan demikian karena aliran ini dibawa oleh seseorang Gautama yang mendapat ilham untuk menyebarkan agama bersama budha yang menjebatani kedua aliran terdahulu. Agama Budha mengambil jalan tengah dalam menempuh hidup ini. Tidak hanya dengan bersenang-senang saja atau dengan mematuhi peraturan yang terlalu keras menyiksa diri.

Sidartha Gautama adalah putra dari raja Suddhodhana dari kerajaan Kavilawastu, Ibunya Dewi Maya dari kota dewadata kota kecil di Kavilawastu yang wilayahnya meliputi wilayah Nepal, Bhutan dan Shikkim sekarang. Ia merupakan lapisan ksatria .

Kegiatan bercocok tanam dan kegiatan membangun tempat tinggal

Kegiatan bercocok tanam
Kegiatan membangun tempat tinggal
•Kegiatan ini tidak mungkin dilakukan sendirian,tetapi dengan kelompok masyarakat sekitar, maka dengan demikian mereka saling beriteraksi dan berkomunikasi serta bekerja sama dalam melakukan aktivitas pertanian.
•dibangun secara bergotong-royong dengan masyarakatnya dan secara bergantian, bahu-membahu, dan saling bekerja sama.
•tempat tinggal mereka dibangun berdekatan dengan tempat bercocok tanam, karena agar mudah mengawasi dan memeliharanya, sehingga dengan demikian bermunculan pula kampung-kampung kecil yang saling berdekatan dan berkelompok.